Alhamdulillah tidak terasa sudah 3bulan aku dan komar bersama menaungi rumah tangga. Semoga dan seharusnya sampai akhir hayat memisahkan kita.
Banyak yang kaget mendengar kami akan menikah. Atau aku akan menikah. Tiba-tiba memang. Eh gak tiba-tiba juga sih....
Sebenarnya, kami telah mengenal satu sama lain selama setahun. Waktu yg cukup panjang untuk kami berdua. Memutuskan untuk menikah dengan waktu setahun itu butuh niat yg besar, mikir yg setiap hari dipikir mateng-mateng, dan dana yg cukup menguras uang jajan hehe (terlebih komar) 💚
Tapi, komitmen kami untuk tidak mempublish apapun bentuk sebuah komitmen ini di sosial media maupun di dunia nyata. Berakting selama setahun untuk tidak menunjukan kami tidak ada apa-apa memang bukan hal yg mudah, tapi hal ini akan menjadikan hubungan dan pernikahan kami lebih berkualitas. Memang bukan ta'aruf. Hanya cara ini bisa membuat kita mempunyai batas-batas sebelum akad. Bukannya kami tidak pernah bertemu, pertemuan kami tak seharusnya jadi konsumsi publik. Dan satu alasan lagi, jika selama komitmen kami ditengah jalan mengalami sesuatu, bukan hal sulit untuk kami melupakan. Karena, tidak ada jejak rekam kami selama berkomitmen. Sekali pun ada, kami harap tak akan berpengaruh besar.
Awalnya, aku tak mengenal komar sama sekali. Aku hanya menanggap komar adalah orang lain yang tak perlu ku kenal lebih jauh. Karena, karakter komar yg pendiem dan malu-malu sama cewek, gak kepikiran aja sih mau deket sama nih orang.
Berawal juga dari ledekan temen-temen keuangan yg disamarkan dgn sebutan Ina dan Ana. Saat itu, kondisi hati ku lagi gundah gulana, lagi gak karuan, sampai akhirnya mereka nyeletuk "udah sama komar aja, dia baik anaknya". Kurasa hanya celetukan bercanda, gak ada maksud memang. Tapi, denger nama komar langsung seketika reaksi aku "engga ah diem banget. Kenal juga engga". Hal ini terus-terusan diperbesar sampai beberapa orang mengira aku beneran suka sama dia. Padahal engga. Sampai komar pun setiap ketemu aku langsung menghindar, karena saking keselnya ngeliat tingkah komar, aku langsung nyeletuk di depan komar "mar, itu cuma bercandaan, santai aja sih gausah diambil hati" 🤣
Lalu, ada anak keuangan lagi, sebut sama Ema, dia nekat nyamperin komar dan minta nomer komar. Dikasihkan lah nomer itu ke aku, "Win, ini nomer komar. Save ya"
Winda yg saat itu lagi kerja cuma bereaksi "ah males banget. Aku taro aja ya". Bener banget di taro doang gak di otak atik sama sekali.
Sampai pada akhirnya si Ema gemas dan maksa untuk save nomer komar. Yasudah aku save tapi sungguh gak pernah ngehubungin sama sekali.
Sampai pada akhirnya, kami dipertemukan oleh satu acara jalan-jalan ke pulau seribu. Sepulang acara itu, terpampang notifikasi wa "Amb Komar", begitu kata hp ku. Modus berawal dari sini....hahaha
Waktu demi waktu, hari demi hari. Lambat laun perasaan ini timbul. Banyak gejolak yang kami berdua rasakan. Aku sosok wanita banyak kurangnya, rasanya malu jika jatuh hati dengan sosok laki-laki baik. Laki-laki yang jarang sekali keliatan menggoda atau bercengkrama dengan wanita. Sedangkan aku? Seorang wanita yang dulunya pacaran sana sini. Gejolak itu muncul, rasa tak pantas itu tiap hari semakin besar.
Sementara itu, setiap pembahasan dalam percakapan di whatsapp pun berubah. Semakin menuju kearah sana. Aku yang baru mulai untuk hijrah, mengungkapkan bahwa aku tak mau memulai sesuatu yang main-main lagi. Tapi, komar tak pernah berniat untuk main-main.
Katanya, kita boleh menyebut nama seseorang disepertiga malam. Rasa-rasanya, aku selalu menyebut namanya disetiap doa. Jika memang jodoh, permudahkan kami jangan memperlama, jangan biarkan kami mengarungi lautan dosa. Jika memang bukan jodoh, aku meminta untuk segera menjauhkan dia dari hidupku, dengan cara apapun itu.
Hari berganti hari. Pada waktu itu, aku semakin yakin, begitupun komar. Komar mengungkapkan bahwa dia akan menikahiku. Dengan mendatangi kakak dan kakak iparku, setelahnya mendatangi ibuku. Mengungkapkan niat baiknya. Alhamdulillah diterima dengan baik.
Ibuku hanya masih berat karena aku masih kuliah ,jadi beliau meminta untuk menunggu sampai aku lulus. Dalam waktu penantianpun, dia bisa mengumpulkan materi untuk pernikahan. Dari awal, dari kami belum berniat menikah, pertanyaan awam soal menikah sering komar tanyakan. Aku tau maksudnya, agar dia tau seberapa berat menikahi wanita ini, seberapa besar wedding dream yg wanita ini idamkan.
Jujur, aku menekankan untuk tak harus mewah, sekedar ijab dan syukuran pun aku mau. Karena kita saat itu tak punya apa-apa. Aku juga menekankan bahwa aku tak tau bisa melangsungkan sebuah resepsi atau tidak karena ya tidak ada yg akan menanggunh biaya. Ibuku pun tak mungkin aku beratkan dengan biaya resepsi. Aku pun tak yakin bisa mengumpulkan uang sebanyak itu dengan kondisi masih kuliah dan belum selesai.
Dan kami pun menikah di bulan Agustus. Sebelumnya niat kami menikah di oktober sekaligus resepsi tapi Allah berkehendak lain. Kami diizinkan menikah lebih cepat ,diizinkan memikirkan syariat terlebih dahulu dibandingkan segala bentuk pesta. Memang bukan hal mudah di zaman sekarang melangsungkan sebuah akad diluar resepsi dengan jarak antara akad dan resepsi yg cukup jauh. Qodarullah, itu maunya Allah. Kami hanya bisa berencana namun Allah Maha Tahu segala yang terbaik.
Segala niat baik akan disandingkan dengan waktu yg baik dan diberikan keajaiban-keajaiban yang diluar nalar kami. Masya Allah.
To be continue geng....Next mau cerita sosok Komar dimata Winda😍
Winda & Komar
8 Agustus 2019
Sabtu, 09 November 2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar