Sabtu, 09 November 2019
New Journey Begins💚
Banyak yang kaget mendengar kami akan menikah. Atau aku akan menikah. Tiba-tiba memang. Eh gak tiba-tiba juga sih....
Sebenarnya, kami telah mengenal satu sama lain selama setahun. Waktu yg cukup panjang untuk kami berdua. Memutuskan untuk menikah dengan waktu setahun itu butuh niat yg besar, mikir yg setiap hari dipikir mateng-mateng, dan dana yg cukup menguras uang jajan hehe (terlebih komar) 💚
Tapi, komitmen kami untuk tidak mempublish apapun bentuk sebuah komitmen ini di sosial media maupun di dunia nyata. Berakting selama setahun untuk tidak menunjukan kami tidak ada apa-apa memang bukan hal yg mudah, tapi hal ini akan menjadikan hubungan dan pernikahan kami lebih berkualitas. Memang bukan ta'aruf. Hanya cara ini bisa membuat kita mempunyai batas-batas sebelum akad. Bukannya kami tidak pernah bertemu, pertemuan kami tak seharusnya jadi konsumsi publik. Dan satu alasan lagi, jika selama komitmen kami ditengah jalan mengalami sesuatu, bukan hal sulit untuk kami melupakan. Karena, tidak ada jejak rekam kami selama berkomitmen. Sekali pun ada, kami harap tak akan berpengaruh besar.
Awalnya, aku tak mengenal komar sama sekali. Aku hanya menanggap komar adalah orang lain yang tak perlu ku kenal lebih jauh. Karena, karakter komar yg pendiem dan malu-malu sama cewek, gak kepikiran aja sih mau deket sama nih orang.
Berawal juga dari ledekan temen-temen keuangan yg disamarkan dgn sebutan Ina dan Ana. Saat itu, kondisi hati ku lagi gundah gulana, lagi gak karuan, sampai akhirnya mereka nyeletuk "udah sama komar aja, dia baik anaknya". Kurasa hanya celetukan bercanda, gak ada maksud memang. Tapi, denger nama komar langsung seketika reaksi aku "engga ah diem banget. Kenal juga engga". Hal ini terus-terusan diperbesar sampai beberapa orang mengira aku beneran suka sama dia. Padahal engga. Sampai komar pun setiap ketemu aku langsung menghindar, karena saking keselnya ngeliat tingkah komar, aku langsung nyeletuk di depan komar "mar, itu cuma bercandaan, santai aja sih gausah diambil hati" 🤣
Lalu, ada anak keuangan lagi, sebut sama Ema, dia nekat nyamperin komar dan minta nomer komar. Dikasihkan lah nomer itu ke aku, "Win, ini nomer komar. Save ya"
Winda yg saat itu lagi kerja cuma bereaksi "ah males banget. Aku taro aja ya". Bener banget di taro doang gak di otak atik sama sekali.
Sampai pada akhirnya si Ema gemas dan maksa untuk save nomer komar. Yasudah aku save tapi sungguh gak pernah ngehubungin sama sekali.
Sampai pada akhirnya, kami dipertemukan oleh satu acara jalan-jalan ke pulau seribu. Sepulang acara itu, terpampang notifikasi wa "Amb Komar", begitu kata hp ku. Modus berawal dari sini....hahaha
Waktu demi waktu, hari demi hari. Lambat laun perasaan ini timbul. Banyak gejolak yang kami berdua rasakan. Aku sosok wanita banyak kurangnya, rasanya malu jika jatuh hati dengan sosok laki-laki baik. Laki-laki yang jarang sekali keliatan menggoda atau bercengkrama dengan wanita. Sedangkan aku? Seorang wanita yang dulunya pacaran sana sini. Gejolak itu muncul, rasa tak pantas itu tiap hari semakin besar.
Sementara itu, setiap pembahasan dalam percakapan di whatsapp pun berubah. Semakin menuju kearah sana. Aku yang baru mulai untuk hijrah, mengungkapkan bahwa aku tak mau memulai sesuatu yang main-main lagi. Tapi, komar tak pernah berniat untuk main-main.
Katanya, kita boleh menyebut nama seseorang disepertiga malam. Rasa-rasanya, aku selalu menyebut namanya disetiap doa. Jika memang jodoh, permudahkan kami jangan memperlama, jangan biarkan kami mengarungi lautan dosa. Jika memang bukan jodoh, aku meminta untuk segera menjauhkan dia dari hidupku, dengan cara apapun itu.
Hari berganti hari. Pada waktu itu, aku semakin yakin, begitupun komar. Komar mengungkapkan bahwa dia akan menikahiku. Dengan mendatangi kakak dan kakak iparku, setelahnya mendatangi ibuku. Mengungkapkan niat baiknya. Alhamdulillah diterima dengan baik.
Ibuku hanya masih berat karena aku masih kuliah ,jadi beliau meminta untuk menunggu sampai aku lulus. Dalam waktu penantianpun, dia bisa mengumpulkan materi untuk pernikahan. Dari awal, dari kami belum berniat menikah, pertanyaan awam soal menikah sering komar tanyakan. Aku tau maksudnya, agar dia tau seberapa berat menikahi wanita ini, seberapa besar wedding dream yg wanita ini idamkan.
Jujur, aku menekankan untuk tak harus mewah, sekedar ijab dan syukuran pun aku mau. Karena kita saat itu tak punya apa-apa. Aku juga menekankan bahwa aku tak tau bisa melangsungkan sebuah resepsi atau tidak karena ya tidak ada yg akan menanggunh biaya. Ibuku pun tak mungkin aku beratkan dengan biaya resepsi. Aku pun tak yakin bisa mengumpulkan uang sebanyak itu dengan kondisi masih kuliah dan belum selesai.
Dan kami pun menikah di bulan Agustus. Sebelumnya niat kami menikah di oktober sekaligus resepsi tapi Allah berkehendak lain. Kami diizinkan menikah lebih cepat ,diizinkan memikirkan syariat terlebih dahulu dibandingkan segala bentuk pesta. Memang bukan hal mudah di zaman sekarang melangsungkan sebuah akad diluar resepsi dengan jarak antara akad dan resepsi yg cukup jauh. Qodarullah, itu maunya Allah. Kami hanya bisa berencana namun Allah Maha Tahu segala yang terbaik.
Segala niat baik akan disandingkan dengan waktu yg baik dan diberikan keajaiban-keajaiban yang diluar nalar kami. Masya Allah.
To be continue geng....Next mau cerita sosok Komar dimata Winda😍
Winda & Komar
8 Agustus 2019
Senin, 31 Desember 2018
Sebelum Meninggalkanmu... Sebelum Bertemu Dengannya...
Bukan hanya itu, banyak kejutan yang ku dapatkan di tahun ini. Doa ibu yang ingin anaknya menjadi pekerja sampai tuntas, dikabulkan oleh Allah tepat di hari lahirku. Bagi Ibu, itu pencapaianku yang tertinggi. Permintaan Ibu yang sangat sederhana, tapi tidak bagiku. Karena tak mudah menggapai itu. Apapun itu, semua berkat doa Ibuku.
"Ketika kamu sedang merasa beruntung, percayalah doa Ibumu telah di dengar"
Saat kabar baik itu diberikan, ku langsung memberitahu Ibuku dan memeluknya erat. Tak terasa, air mata menetes di pipi kami seraya ikut memberikan ucapan selamat atas keberkahan ini. Ibu memang inginkan ini, agar anaknya bisa fokus menabung, katanya. Cita-cita Ibuku hanya satu, ingin sekali merenovasi rumah. Ku pikir, itu jalan ku mengabdi kepadanya sebelum aku mengabdi kepada suamiku kelak.
Baiklah, udahan ya melownya. By the way, ngomongin soal kegiatan sosial, aku bakal cerita dengan singkat awal mulanya.
Pertama nih, aku coba daftar jadi volunteer di 1000 Guru Bogor, kenapa sih ngambil Bogor? karena deket. Awalnya mau Bekasi, tapi ternyata 1000 Guru Bekasi itu sudah punah haha. Padahal dulu sempet liat akun sosial 1000 Guru Bekasi di twitter, tapi entah kenapa gak aktif.
Daftar jadi volunteer acara TnG (Teaching n Giving), programnya kita mengajar gitu sambil berdonasi. Hanya sehari. Karena emang aku suka ngajar, jadi tertantang nih ikutan. Alhamdulillah lolos. Sekolah yang dikunjungi cukup miris keadaannya. Ruang kelasnya di lapangan gitu, terus beratapkan terpal. Well, it makes me always grateful for what I had.
TnG 1000 Guru Bogor |
![]() |
TnG'10 1000GuruBanten |
Sahabat Care Project X Rumah Penyuluhan Kreatif |
Tak hanya sampai situ, aku merasa belum cukup mengikuti kegiatan komunitas. Ku coba gabung dengan komunitas yang agak berbeda, yaitu Kelas Inspirasi. Ini super banget kegiatannya, karena kalian yang dari latar belakang apapun kerjaannya, bisa ikut di kegiatan ini. Alhamdulillah pertama kali daftar Kelas Inspirasi dan langsung lolos. Tambah lagi bersyukurnya karena ditempatin di Sekolah Luar Biasa. Kebayang dong akan berhadapan dengan anak-anak berkebutuhan khusus dan ini pertama kalinya. Seneng bukan main. Allah Maha Pengasih. Disuruh belajar lagi dadan banyak bersyukur dengan kehidupan yang udah dikasih.
![]() |
Kelas Kreatif |
Minggu, 03 Desember 2017
Bermula dari sini....
Semua bermula dari sini...
Aku pernah merasakan jatuh cinta sedalam-dalamnya kepada seseorang, hingga aku terbuai tanpa sadar semua itu hanya omongan belaka
Aku pernah mempercayai seseorang bahwa dia lah yg terbaik untukku dan pencarian ini akan berlabuh kepadanya, hanya aku tak paham dengan isyaratnya bahwa dia tak benar benar menginginkan aku di kehidupannya
Aku pernah dicintai seseorang dan aku mencintainya balik, tapi sayang semua terjebak di kondisi jarak, hingga semua berakhir untuk yg kesekian kalinya
Tak jarang yg datang padaku untuk menawarkan menjadi teman hidupnya, hanya saja aku harus menunggu selama bertahun-tahun. Bisakah kamu membuktikan bahwa Aku ataupun kamu baik2 saja selama bertahun2 itu tanpa ikatan pacaran?
Ku rasa tak ada yang akan baik2 saja menunggu selama bertahun2 tanpa ikatan apapun. Apalagi, aku sudah merasa bahwa yang ku jalani ini akan menjerumuskan aku ke hal yang tak di Ridhoi Allah. Berlabel teman tanpa pacaran, tapi merasa memiliki satu sama lain. Ku putuskan untuk pergi, mesti tak mudah.
Bukan aku berniat menyakiti siapapun, aku hanya ingin menjadi diriku dan juga hatiku agar dia tak jatuh di kondisi yang sama. Aku selalu menolak mereka yang datang kepadaku hanya sekedar mengajakku pacaran, aku tegaskan diawal bahwa apa yang mereka perjuangkan sia-sia. Bukan aku sok jual mahal, tapi aku harus melakukan ini, aku yakin Allah suka apa yang telah aku perbuat untuk menjaga diriku dan menjauhi larangannya.
Ku tegaskan diawal, siapapun itu. jika mereka hanya mendekatiku untuk menjadikanku pacar atau sekedar main2, mohon maaf. tidak bisa. Aku tau, dengan caraku yang seperti ini, pasti banyak yang komentar bahwa aku terlalu pemilih. Aku coba menghiraukan.
Sekarang aku paham, berlama2 dalam hubungan terlarang akan membuat aku semakin sakit dan resah.
Dengan seperti ini, aku berharap dosaku di masa lalu terkikis dengan ibadahku.
Entah darimana perasaan ini muncul, aku semakin yakin bahwa semua telah diatur Allah. Aku tak pernah menduga bahwa aku akan di jalan seperti ini. Aku tak pernah menduga bahwa Aku terpilih untuk diberikan hidayahNya secepat ini. Aku sangat mensyukuri hal ini. Semoga aku akan tetap berada di jalanNya dan tetap istiqomah.
To be continue........
Selasa, 13 Desember 2016
Sabar~
![]() |
Bersabarlah~ |
Senin, 07 Maret 2016
Random
Happy New Year. Gak kerasa udah tahun 2016. Banyak kenangan yang gak bisa dilupain di tahun 2015.
Kehidupan yang sesungguhnya gue rasain tahun ini. Banyak banget hal yg berubah. Mulai dari aspek keluarga, teman, tempat tinggal, kegiatan sehari-hari. Semua berubah.
Di tahun 2015, kebahagian dateng beriringan dengan kesedihan yang mendalam. Tahun itu, tahun dimana gue berhasil keluar dari zona amam dengan rasa bangga, haru, senang, sedih. Sebut saja, Wisuda. Ya, wisuda pertama gue karena lulus dari D3 Bahasa Inggris. Terus bangga? Engga haha.
Kalo diinget-inget, emang Allah sudah punya rencana indah untuk setiap umatnya. Awalnya gue ngerasa gak keburu wisuda bulan Juni. Karena emang cuma gue yg saat itu dipusingkan dengan hal berbau wisuda. Kekeh banget gak mau wisuda september, entah kenapa. Ternyata emang ada rencana lain dibalik itu. Bapak pergi ninggalin gue dan keluarga tanggal 2 Agustus 2015. Rasanya saat itu gue masih bisa tabah, masih bisa ikhlas. Ketika alm dikubur, sekujur tubuh gue berasa gak nerima, nangis sejadi-jadinya. Entah apa selanjutnya yg bakal terjadi di keluarga ini tanpa alm. Gue dan Mama harus extra kuat ngejalanin berdua, saling support berdua. Jujur berat banget, apalagi beban Mama. Gue yang berstatus masih pengangguran, cuma bisa ngerepotin Mama. Mama nyari duit sendiri, meskipun gue ada kerja sampingan, tapi tetep aja gak bisa menuhin kehidupan kita. Yang bisa gue lakuin cuma gak minta duit sama Mama.
Mama itu kuat. Gue berharap Bapak seneng punya sosok istri kaya Mama. Gue pun belom tentu sanggup kalo ada di posisi Mama.
Sorry random, karena emang gue lagi random, lagi gak ngerti apa yang dirasa. Cuma pengen balik lagi kaya dulu. Utuh. Jujur, berat ngejalanin kehidupan tanpa sosok Ayah.
Harapan gue masih sangat jauh, gue masih punya banyak mimpi yang memang belom bisa terwujud. Masih delay sampe sekarang. Gue berusaha buat ngejar mimpi-mimpi itu, meskipun sebelumnya udah mau nyerah. Gue capek numpang hidup terus sama Mama, capek ngeliat Mama banting tulang demi kita. Beban Mama bukan cuma ngasih makan gue, tapi kakak gue dan keluarga kecilnya. Roda kehidupan kita masih dibawah.
Kadang khilaf nyeplos ke Mama kalo gue kangen Bapak "kalo ada Bapak pasti gak kaya gini" padahal gue tau, Mama lebih sakit karena kehilangan Bapak dibanding gue.
Iam so sad asli. Udah lah, daripada netes banyak.
Rabu, 13 Mei 2015
Kata Rindu Untukmu
Rasanya senang menjadi salah satu bagian dikeluarga ini, tak ada kata menyerah dengan ujian yang diberikan oleh Allah SWT. Mungkin ini merupakan jalan Tuhan untuk melihat hambanya menghargai waktu dan mengambil hikmah dari ini semua.
Aku merindukan sosok Bapak ku, Bapak ku yang dulu. Selalu bekerja keras demi anaknya, sampai terkadang lupa bahwa beliau belum menyentuh nasi seharian. Aku rindu dimanja olehnya, segala apa yang aku inginkan dikabulkan seakan aku adalah anak satu-satunya. Aku rindu tawa canda beliau dengan tebak-tebakannya yang terkadang membuat orang untuk berfikir keras menjawabnya. Aku rindu masa-masa berdua dimana aku dan bapak ku jalan-jalan. Masa dimana aku dijemput di stasiun, diantar kemana pun aku mau, dibantu apapun itu disaat aku mengalami kesulitan, di telepon setiap hari cuma buat nanya kabar. Kangen dimarahin Bapak ketika aku bandel dan gak nurut dengan beliau. aku rindu hal itu semua. Ya Allah, hanya kepadaMu aku mengeluh, mengeluarkan semua unek-unek ku. Hanya kepadaMu aku meminta, kembalikan Bapak ku yang sehat. Sekarang aku sangat sadar, aku sangat menyayangi kedua orangtuaku. Apapun akan aku lakukan demi mereka :')
Aku sayang Bapak
I Love You
Get Well Soon
Because, I Miss You So Much:*
Jumat, 20 Maret 2015
Hasil Pencarian
Everything has change. Kita yang merencanakan, Tuhan yang menentukan. Sometimes, you don't believe it, but now I believe it. Gue percaya banget sama kata-kata itu.
Beberapa bulan yang lalu, sebelum gue ada di semester 6, banyak hal yang dateng untuk dipikirin mateng-mateng, dilema selalu ada. Mulai dari ngambil kuliah atau engga, kapan wisuda, lanjut S1 gak, gue harus gimana dengan ipk gue yg kecil, dan lain-lain.
Sekarang semua terjawab! Rencananya, gue lulus september terus mau nyoba lanjut s1 di univ negeri lagi, pas semester 6 ini, gue gak ambil matakuliah lagi, gue mau fokus sama tugas akhir dan mencoba mencari kerja buat ngisi waktu luang. Itu planning A gue, seketika....... berubah.
Gue harus sadar sekarang lagi diposisi seperti apa. Semenjak bapak jatuh sakit, gue harus merubah semua demi kebaikan gue dan orangtua. Deadline lulus gue majuin, jadi juni. Kalo pun gak kekejar, yg penting mei semua harus udah selesai. September wisudanya gak apa2. Abis lulus langsung nyari kerja buat bantu-bantu. Entah kapan ngelanjutin s1 nya tapi yang pasti gue harus ngejalanin itu dulu. Ya... terkadang egois itu harus diapus kalo menyangkut orang banyak. Apalagi nyangkut orangtua biar bisa balas budi mereka.
Gue beruntung punya mama yg super hebat, bapak yg kuat, kakak yg kadang suka membantu. Well, i can't life without them. Thanks God for everything I have. Ini cobaan berat, tapi saya tau dibalik ini ada sesuatu yg indah. Amiin.